BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Hipoglikemia ialah suatu
penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa
serum yang rendah. Keadaan
ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen
oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Definisi hipogikemia pada
anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan . pendapat dari
beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada tabel.
Nilai kadar glukose darah/plasma
atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada
berbagai kelompok umur anak :
Kelompok Umur
|
Glokuse <mg/dl
|
Darah Plasma/serum
|
Bayi/anak
Neonatus
* BBLR/KMK
* BCB
0 - 3 hr
3 hr
|
<40 mg/100 ml
<20 mg/100 ml
<30 mg/100 ml
<40 mg/100 ml
|
<45 mg/100 ml
<25 mg/100 ml
<35 mg/100 ml
<45 mg/100 ml
|
Frekuensi hipoglikemia pada bayi belum diketahui
pasti. Di Amerika dilaporkan sekitar 14000 bayi menderita hipoglikemia.
Gutberlet dan Cornblath melaporkan frekuensi hipoglikemia 4,4 per 1000
kelahiran hidup dan 15,5 per 1000 BBLR. Hanya 200-240 penderita hipoglikemia
persisten maupun intermitten setiap tahunnya yang masuk rumah sakit. Angka ini
berdasarkan observasi bahwa penderita hipoglikemia berjumlah 23 per 1000 anak
yang masuk rumah sakit, sedangkan anak yang dirawat berjumlah 80.000 pertahun.
B. ETIOLOGI
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol
pada metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.
Berikut ini adalah penyebab hipoglikemia pada anak:
v Hiperinsulinisme
1. Tumor sel beta
2. Adenomatosis sel beta
3. Nesidioblastosis
4. Hiperplasia sel beta
o Dalam hubungannya dengan
hipopituitarisme
o Bayi dari ibu diabetes melitus
o Bayi yang menderita eritroblastosis
fetalis
o Beckwith syndrome
5. Teratoma yang mengandung jaringan pankreas
6. Defek fungsi sekretori sel beta
v Defisiensi enzim hati
1. Glukose 6 fosfatase
2. Amilo 1 - 6 glukosidase
3. Sistem fosforilase
4. Sintetase untuk glikogen
5. Fruktose 1 fosfat aldolase
6. Fruktose 1 - 6 difosfatase
7. Piruvat karboksilase
8. Defisiensi fosfoenolpiruvat
karboksikinase
9. Galaktose 1 fosfat uridil
transferase
10. Branched chain amino acid
abnormalities
v Defisiensi endokrin
1) Kelenjar hipofise
o Defisiensi hormon pertumbuhan (GH)
o Defisiensi ACTH
o Panhipopituitarisme
hipoinsulinisme hiperinsulinisme
2) Kelenjar adrenalin
o Penyakit Addison
o Hipoplasia adrenal bawaan
o Hiperplasia adrenal bawaan
o Defisiensi familial glukokortikoid
o Adrenal medullary unresponsiveness
3) Defisiensi glukagon
v Hipoglikemia ketosis
-Obat dan toksin
-Etil alkohol
-Salisilat
-Sulfonilurea
-Propanolol
-Jamaican vomiting sickness
v Lain-lain
1. Kerusakan hati
o Reye syndrome
o Leukemia
2. Malabsorpsi
3. Renal glucosuria
4. Malnutrisi, kwashiorkor, diet rendah
fenilalanin
5. Neoplasma di luar pankreas
Hipoglikemia
pada neonatus bisa disebabkan oleh penyebab-penyebab di atas, namun bila
hipoglikemia neonatus tadi berulang/menetap, dapat dipikirkan penyebab sebagai
berikut:
v Hormon Excess-hyperinsulinsm
1. Exomphalos, macroglossia, gigantism
syndrome of BeckwithWiedemann
2. "Infant giants"
3. Kelainan patologik sel beta :
o Adenoma
o Nesidioblastosis
o Hiperplasia
v Defisiensi hormonal Aplasia atau
hipoplasia kelenjar hipofise dengan defisiensi hormon multipel
v Defek metabolisme karbohidrat
heriditer
1. Glycogen storage disease, Type I
2. Intolerans fruktose
3. Galaktosemia
4. Defisiensi sintetase glikogen
5. Defisiensi fruktose 1 - 6
difosfatase
v Defek metabolisms asam amino
herediter
1. Maple syrup urine disease
2. Asidemia metilmalonik
3. Asidemia propionik
4. Tirosinosis
Hipoglikemia neonatus dapat disebabkan oleh
penyakit/kelainan penyerta, seperti:
1. Patologik susunan saraf pusat (defek bawaan, infeksi
intra uterin
2. atau perinatal, perdarahan atau kernikterus)
3. Sepsis
4. Hydrops fetalis
5. Kelainan jantung bawaan
6. Asfiksia
7. Anoksia
8. Perdarahan kelenjar adrenalin
9. Hipotiroidismc
10. Kelainan bawaan multipel
11. Tetanus neonatorum
12. Cold injury
13. Pasca transfusi tukar
14. Obat-obat yang diberikan kepada ibu
15. Penghentian tiba-tiba pemberian glukose hipertonik
parenteral.
Ø Faktor Predisposisi
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami hipoglikemi adalah:
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami hipoglikemi adalah:
1. Bayi dari ibu dengan diabetes
mellitus
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes
Melitus, berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada 3 hari pertama setelah lahir,
walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik. Ibu dengan DM mempunyai resiko
kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM, dan sering mengalami
abortus ataupun kematian dalam kandungan. Bayi dengan ibu DM mengalami
Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia, Macrosomia
pada bayi yang dilahirkan, dan dapat berakibat kesulitan lahir. Tanda bayi
hipoglikemia adalah Distres nafas, malas minum, jitteriness, mudah terangsang,
sampai kejang. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur
plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih
tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.
2. Neonatus yang besar untuk massa
kehamilan
3. Bayi sakit berat karena meningkatnya
kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori
4. Bayi dengan kelainan genetik atau
gangguan metabolik
5. Janin yang mengalami pertumbuhan
janin terhambat atau kecil masa kehamilan
6. Prematur
7. Neonatus yang mengalami penundaan
pemberian asupan
8. Nenonatus yang menderita asfiksia
perinatal
9. Neonatus dengan hipotermi dan atau
stress dingin
10. Sepsis
11. Bayi dengan ibu yang ketergantungan
narkotika
12. Luka bakar
13. Kanker pancreas
14. Hiperfungsi kelenjar adrenal
15. Penyakit hati
C. MANIFESTASI
KLINIS
Hipoglikemia
dapat menunjukan gejala atau pun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu
diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor
resiko. Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu :
1. Tremor
2. Sianosis
3. Apatis
4. Kejang
5. Apnea intermitten
6. Tangisan lemah/melengking
7. Letargi
8. Kesulitan minum
9. Gerakan mata berputar/nistagmus
10. Keringat dingin
11. Pucat
12. Hipotermi
13. Reflek hisap berkurang
14. Muntah
1. Tremor
2. Sianosis
3. Apatis
4. Kejang
5. Apnea intermitten
6. Tangisan lemah/melengking
7. Letargi
8. Kesulitan minum
9. Gerakan mata berputar/nistagmus
10. Keringat dingin
11. Pucat
12. Hipotermi
13. Reflek hisap berkurang
14. Muntah
Selain itu Hipoglikemia
pada BBLR cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan. Sering menyertai
penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan
bayi dari ibu DM. Tidak ada perbedaan dalam hal jenis kelamin. Juga termasuk
dalam golongan ini ialah bayi dari ibu DM insulin dependen (IDM) dan ibu menderita
DM kehamilan (IGDM). Meskipun sebanyak 50% dari IDM dan 25% IGDM mempunyai
kadar glukose < 30 mg/dl selama 2-6 jam kehidupan, kebanyakan tidak
memperlihatkan akibat-akibat dari hipoglikemianya. Umumnya sembuh spontan,
tetapi sebagian kecil (10-20%) kadar gula tetap rendah. Beberapa di antaranya
menunjukkan respons yang balk terhadap suntikan glukagon 300 mikro gram atau
0,3 mg/kgBB im, tidak lebih 1 mg totalnya.Hipoglikemia neonatus gejalanya tidak
khas, misalnya : apati, anoreksia, hipotoni, apnu, sianosis, pernapasan tidak
teratur, kesadaran menurun, tremor, kejang tonik/klonik, menangis tidak normal
dan cengeng. Kebanyakan gejala pertama timbul sesudah 24-28 jam kehidupan
D. PENANGANAN
o Monitor
Pada
bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama : Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam. Ulangi tiap 6 jam
selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan.
Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
o Pemeriksaan kadar glukosa baik,
pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai
o Hipoglikemia harus diperlakukan
sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi kerusakan neurologis. Awal makan
bayi yang baru lahir dengan ASI atau susu formula dianjurkan. Bagi mereka yang
tidak mampu untuk minum, selang nasogastrik dapat digunakan. Andalan terapi
untuk anak-anak yang waspada dengan perlindungan jalan nafas utuh termasuk jus
jeruk pada 20 mL / kg.
o Bagi mereka yang tidak bisa
melindungi jalan napas mereka atau tidak dapat minum, rute nasogastrik,
intramuskular, intraosseous, atau IV dapat digunakan untuk obat berikut
digunakan untuk meningkatkan kadar glukosa: dekstrosa, glukagon, diazoxide, dan
octreotide. Laporan kasus telah menunjukkan bahwa nifedipin dapat membantu
untuk mempertahankan normoglikemia pada anak dengan PHHI.
o Kortisol tidak boleh digunakan,
karena memiliki manfaat akut minimal dan dapat menunda diagnosis penyebab
hipoglikemia. Kortisol merangsang glukoneogenesis dan menyebabkan penurunan penggunaan
glukosa, yang mengarah ke peningkatan glukosa darah secara keseluruhan dan
dapat menutupi penyebab sebenarnya dari hipoglikemia.
Selain
itu ada beberapa pengobatan yaitu :
a)
Hipoglikemia asimptomatik
Jika pemeriksaan uji dextrostix
menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan oleh pemeriksaan
laboratorik. Bila hasil pemeriksaan laboratorik juga menunjukkan kadar gula
rendah (hipoglikemia), diberikan infus gltikose 6-8mg/kg BB/menit sampai kadar
glucose darah menjadi normal.
b)
Hipoglikemia simptomatik
Bila klinik dan uji dextrostix
menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh pemeriksaan
laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral bukan
merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa
diberikan selama terpasang infus glukose. Jika pemeriksaan laboratorik
menunjukkan hipoglikemia dan gejala hilang sesudah pemberian glukose IV, ini
membuktikan adanya hipoglikemia simptomatik. Pengobatan dilanjutkan dengan
glukose parenteral 8 10 mg/kg BB/ menit. Makanan rikan NaCl (2-3
meq)/kgBB/hari sesudah 12 jam untuk mencegah hiponatremia. Dua puluh empat jam
kemudian diberikan KC1 1-2 meq/kgBB/hari. Kadar gula darah dipantau setiap 4-6
jam sampai kadar gula darah tetap normal. Selanjutnya glucose hipertonik ini
secara perlahan-lahan dikurangi kecepatan tetesannya (10864 mg/kgBB/menit)
dengan larutan glukose 5% untuk mencegah reaksi hipoglikemia. Pengobatan
glukose parenteral ini biasa diperlukan 4872 jam. Penderita semacam ini
berjumlah 15% kasus dan disebut hipoglikemia simptomatik transient.
c )
Hipoglikemia neonatus
menetap/berulang
Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala
kliniknya menetap/berulang meskipun sudah diberikan glukose IV 12-16
mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil darah 5-10 cc
sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih
dari .1 mg).
Anti-hipoglikemik : Obat ini meningkatkan kadar
glukosa darah
o
Dekstrosa
Dextrose adalah pengobatan pilihan.
Hal ini diserap dari usus, mengakibatkan peningkatan pesat dalam kadar glukosa
darah bila diberikan secara oral. Berikan IV dekstrosa untuk bayi dari ibu
diabetes dengan hiperinsulinemia neonatal sementara selama beberapa hari sampai
hiperinsulinemia mereda. Hindari hiperglikemia membangkitkan pelepasan insulin
cepat, yang bisa menyebabkan hipoglikemia rebound. Bayi SGA dan mereka dengan
toksemia ibu atau asfiksia perinatal memerlukan tingkat dextrose infus IV lebih
dari 20 mg / kg / menit untuk mengontrol tingkat. Pengobatan mungkin diperlukan
untuk 2-4 minggu.
o
Diazoxide
(Proglycem) Diazoxide
meningkatkan glukosa darah dengan menghambat pelepasan insulin pankreas dan
mungkin melalui efek extrapancreatic. Efek hiperglikemia dimulai dalam waktu
satu jam dan biasanya berlangsung maksimal 8 jam dengan fungsi ginjal normal.
Diazoxide dilaporkan efektif pada bayi SGA dan pada mereka dengan toksemia ibu
atau asfiksia perinatal.
o
Octreotide
(Sandostatin)Octreotide
adalah analog long-acting dari somatostatin yang menekan sekresi insulin untuk
pengelolaan jangka pendek hipoglikemia.
o
Glukagon
(Glukagon Darurat Kit, GlucaGen) Glukagon
dapat digunakan untuk mengobati hipoglikemia sekunder untuk hiperinsulinemia
dan dapat diberikan kepada pasien tanpa akses IV awal. ML masing-masing berisi
1 mg (yaitu, 1 U). Konsentrasi glukosa maksimal terjadi antara 5-20 menit
setelah pemberian IV dan sekitar 30 menit setelah intramuskular (IM)
administrasi.
o
Penanganan
hipoglikemia dengan gejala :
ü Bolus glukosa 10% 2 ml/kg
pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
ü Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan
(kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.
o
Atau
cara lain dengan GIR
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.
· Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.
Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate
GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)
6 x berat (Kg)
Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari
Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam
GIR = 10 x 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min
6 x 3 18
· Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
· Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.
· Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.
Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate
GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)
6 x berat (Kg)
Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari
Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 x 3 = 240 cc/hari = 10 cc/jam
GIR = 10 x 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min
6 x 3 18
· Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
· Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas
o
Bila
kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
- Infus D10 diteruskan
- Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
- ASI diberikan bila bayi dapat minum
- Infus D10 diteruskan
- Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
- ASI diberikan bila bayi dapat minum
o
Bila
kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
ü Ikuti petunjuk bila kadar glukosa
sudah normal (lihat ad d)
ü ASI diberikan bila bayi dapat minum
dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan
ü Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
o
Kadar
glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :
· ASI teruskan
· Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
· Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
· ASI teruskan
· Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
· Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
o
Kadar
< 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi
o
Kadar
25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
o
Kadar
≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal
o
Kadar
glukosa normal IV teruskan
· IV teruskan
· Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
· IV teruskan
· Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
o
Bila
bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali
pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
o
Persisten
hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
· konsultasi endokrin
· terapi : kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
· bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)
· konsultasi endokrin
· terapi : kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
· bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)
Makan makanan hidrat arang yang
sering telang digunakan dengan hasil bervariasi. Sekarang telang digunakan
pengobatan dengan pemberian makanan melalui naso
gastric drips. Kurang lebih 1/3 dari energi total sehari diberikan dalam
bentuk glukose dengan kecepatan 46 mg/kgBB/menit selama malam hari dengan
menggunakan pompa otomatis. Makanan pagi harinya harus diberikan sebelum sonde
dicabut. Pengobatan ini akan memperbaiki asidosis kronis, zat-zat kimia darah
menjadi normal, perdarahan hidung berhenti, mengecilnya hepatomegali dan
diikuti dengan percepatan pertumbuhan.
E. PROGNOSIS
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan
berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada
neonatus prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan
kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini
dan pengobatan yang adekuat
a)
Hipoglikemia neonatus
Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan:
1. Hipoglikemia transisional
Prognosisnya baik dan tergantung
kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia perinatal. Tidak ada
korelasi antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas bayi.
Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20 mg/100 ml.
2. Hipoglikemia sekunder
Mortalitas neonatus pada kelompok
ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya. Bayi yang menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya,
tetapi lebih banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya.
3. Hipoglikemia transien
Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati
akan mati. Bayi-bayi tersebut seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa disertai
dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK sendiri, demikian pula masalah-masalah
perinatal yang bisa menyebabkan ganggguan mental, perilaku dan kejang-kejang
yang tidak ada hubungannya dengan hipoglikemia.
Pada penelitian prospektif dengan menggunakan kontrol,
bayi-bayi kelompok ini yang diamati sampai umur 7 tahun ternyata terdapat
gangguan intelektual yang minimal, tetapi tidak ada cacat nerologik yang berat.
4. Hipoglikemia berat (berulang)
Keompok ini bisa dibagi atas
beberapa katagori yang masing-masing mempunyai masalah tersendiri yang
mempengaruhi prognosisnya.
o
Defisiensi hormon multipel (hipopituitarisme bawaan)
Sering kali disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada
hari-hari pertama, nampaknya akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari
26 kasus yang dilaporkan 2/3 meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa
neonatus dan 5 antara umur 2 bulan sampai 17 tahun). Beberapa di antaranya yang
hidup menunjukkan gejala retardasi.
Prognosis terhadap perkembangannya tergantung dari adanya
defisiensi hormon-hormon lainnya dan berhasilnya pengobatan substitusi.
o
Kelebihan hormon (hiperinsulinisme)
Pada sindroma Beckwith Wiedemann, retardasi mental
kemungkinan disebabkan oleh H yang tidak diobati, meskipun dengan pengobatan
adekuat prognosis masih meragukan, sebab adanya anomali multipel yang
menyertainya.
o
Infant giants (Foetopathia Diabetica) :
Biasanya memperlihatkan hipoglikemia berat dan tidak ada
respon terhadap pengobatan medikamentosadan memerlukan pankreatektomi total.
Mereka yang hidupo biasanya memperlihatkan retardasi perkembangan yang sedang
atau berat.
o
Adenma sel beta :
Pada penderita yang diamati, bayi-bayi yang hidup
menunjukkan perawakan yang relatif pendek tetapi ada yang menderita diabetes
dan beberapa diantaranya memperlihatkan gangguan neurologik sedang atau berat,
gangguan mental dan sering kali dengan kejang-kejang. Maka, penting diagnosis
dini dan tindakan bedah yang segera.
o Gangguan metabolisme hidrat arang:
prognosis tergantung darimana
masing-masing penyebabnya, misalnya hipoglikemia bisa fatal pada hari pertama,
untuk glycogen strorage disease.
o Gangguan metabolisme asam amino yang
disertai hipoglikemia,
misalnya: Maple syrup urine disease,
asidemiametilmalok. Masing-masing mempunyai pragnosis yang meragukan.
b.) Bayi
Hipogikemia
tergantung dari etiologinya, cenderung kurang berat pada bayi yang lebih tua dan
anak. Tetapi dapat berakibat gangguan kepribadian kelainan pelaku dan kelainan
nerologik. Nampaknya terdapat kepekaan umur khusus pada Hipogikemia ketosis
yang dimulai pada umur 9 12 bulan dan mencapai puncaknya pada umur 18 30
bulan, kemudian sembuh sendiri pada umur 4-7 tahun atau 9-10 tahun.
Adenoma
sel beta frekuensi meningkat sesudah masa neonatus yaitu pada umur 5-15 tahun.
Prognosisnya dapat digambarkan sebagai berikut: anak-anak yang diobati secara
bedah 1 meninggal karena tindakan operasi, 1 menderita DM yang memerlukan
insulin, 1 hanya memerlukan insulin selama 28 hari dan 8 mempunyai sekuele
nerologik maupun kepribadian dan tingkah laku. Empat belas anak (56%) sembuh
sempurna.
BAB
III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Hipoglikemia
ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan
kadar glukosa serum yang rendah.
Frekuensi hipoglikemia pada
bayi/anak belum diketahui pasti. Di Amerika dilaporkan sekitar 14000 bayi
menderita hipoglikemia. Gutberlet dan Cornblath melaporkan frekuensi
hipoglikemia 4,4 per 1000 kelahiran hidup dan 15,5 per 1000 BBI:R. Hanya
200-240 penderita hipoglikemia persisten maupun intermitten setiap tahunnya
yang masuk rumah sakit.
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh
berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.
Hipoglikemia simtomatik pada
neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan. Sering menyertai
penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan
bayi dari ibu DM.
Pada bayi/anak, gejala-gejala
hipoglikemia dapat berupa: sakit kepala, nausea, cemas, lapar, gerakan motorik
tidak terkoordinasi, pucat, penglihatan b'erkunang-kunang, ketidakpedulian,
cengeng, ataksia, strabismus, kejang,malas/lemah, tidak ada perhatian dan
gangguan tingkah laku.
Hipoglikemia bisa disertai atau
tidak dengan banyak keringat dan takhikardi.
Hipoglikemia
asimptomatik yang terjadi pada neonatus, jika pemeriksaan uji dextrostix
menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan oleh pemeriksaan
laboratorik.
Hipoglikemia
simptomatik yang terjadi pada neonatus, bila klinik dan uji dextrostix
menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh pemeriksaan
laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral bukan
merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa
diberikan selama terpasang infus glukose.
Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala kliniknya
menetap/berulang meskipun sudah diberikan glukose IV 12-16 mg/kgBB/menit, maka
harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil darah 5-10 cc sebelum dan sesudah
pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih dari .1 mg).
Makan makanan hidrat arang yang sering telang digunakan
dengan hasil bervariasi. Sekarang telang digunakan pengobatan dengan pemberian
makanan melalui naso gastric drips.
Hipoglikemi Akietosis :Pengobatan dasar dan penyakit ini
terdiri atas tindakan sederhana menghindari puasa lebih dari 1 jam dan hindari
penyebab-penyebab muntah.
Dalam keadaan serangan hipoglikemia diberikan segera 1-2 ml
glukose 50%/kgBB IV, dilanjtkan dengan infuse glukose 10%. Diet tinggi protein
tinggi hidrat arang dengan pemberian 4-5 kali/hari.
Jika tidak diobati, Hipoglikemia
yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada setiap golongan
umur.
Pada neonatus prognosis
tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik
yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang
adekuat.
3. 2 Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik
agar tidak salah dalam memahami tentang pengertian, , etiologi, manifestasi
klinik, penanganan dan pragnosis dari hipoglikemia terhadap bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
- De Rooy L, Howden J. Nutritional factors that affect the postnatal metabolic adaptation of full-term small and large for gestational age infants: Pediatrics Vol. 109 No. 3 March 2002, pp. e42
- Cornblath M, Hawdon JM, Williams AF Aynsley-Green A, Ward-Platt MP, Schwartz R, Kalhan SC. Controversies regarding definition of neonatal hypoglycemia: suggested operational thresholds. Pediatrics 2000;105:1141-5
- Hoseth E, Joergensen A, Ebbesen F, Moeller M. Blood glucose levels in a population of healthy, breastfed, term infants of appropriate size for gestational age. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2000;83:F117-9