Minggu, 12 Mei 2013

hipoglikemi pada BBL



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan . pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada tabel.
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :

Kelompok Umur
Glokuse <mg/dl
Darah Plasma/serum
Bayi/anak
Neonatus
* BBLR/KMK
* BCB
0 - 3 hr
3 hr
<40 mg/100 ml

<20 mg/100 ml

<30 mg/100 ml
<40 mg/100 ml
<45 mg/100 ml

<25 mg/100 ml

<35 mg/100 ml
<45 mg/100 ml

Frekuensi hipoglikemia pada bayi belum diketahui pasti. Di Amerika dilaporkan sekitar 14000 bayi menderita hipoglikemia. Gutberlet dan Cornblath melaporkan frekuensi hipoglikemia 4,4 per 1000 kelahiran hidup dan 15,5 per 1000 BBLR. Hanya 200-240 penderita hipoglikemia persisten maupun intermitten setiap tahunnya yang masuk rumah sakit. Angka ini berdasarkan observasi bahwa penderita hipoglikemia berjumlah 23 per 1000 anak yang masuk rumah sakit, sedangkan anak yang dirawat berjumlah 80.000 pertahun.



B.     ETIOLOGI
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.
Berikut ini adalah penyebab hipoglikemia pada anak:
v  Hiperinsulinisme
1.      Tumor sel beta
2.      Adenomatosis sel beta
3.      Nesidioblastosis
4.      Hiperplasia sel beta
o   Dalam hubungannya dengan hipopituitarisme
o   Bayi dari ibu diabetes melitus
o   Bayi yang menderita eritroblastosis fetalis
o   Beckwith syndrome
5.       Teratoma yang mengandung jaringan pankreas
6.      Defek fungsi sekretori sel beta
v  Defisiensi enzim hati
1.      Glukose 6 fosfatase
2.      Amilo 1 - 6 glukosidase
3.      Sistem fosforilase
4.      Sintetase untuk glikogen
5.      Fruktose 1 fosfat aldolase
6.      Fruktose 1 - 6 difosfatase
7.      Piruvat karboksilase
8.      Defisiensi fosfoenolpiruvat karboksikinase
9.      Galaktose 1 fosfat uridil transferase
10.  Branched chain amino acid abnormalities
v  Defisiensi endokrin
1)      Kelenjar hipofise
o   Defisiensi hormon pertumbuhan (GH)
o   Defisiensi ACTH
o   Panhipopituitarisme ­ hipoinsulinisme ­ hiperinsulinisme
2)      Kelenjar adrenalin
o   Penyakit Addison
o   Hipoplasia adrenal bawaan
o   Hiperplasia adrenal bawaan
o   Defisiensi familial glukokortikoid
o   Adrenal medullary unresponsiveness
3)      Defisiensi glukagon
v  Hipoglikemia ketosis
-Obat dan toksin
-Etil alkohol
-Salisilat
-Sulfonilurea
-Propanolol
-Jamaican vomiting sickness
v  Lain-lain
1.      Kerusakan hati
o   Reye syndrome
o   Leukemia
2.      Malabsorpsi
3.      Renal glucosuria
4.      Malnutrisi, kwashiorkor, diet rendah fenilalanin
5.       Neoplasma di luar pankreas

Hipoglikemia pada neonatus bisa disebabkan oleh penyebab-penyebab di atas, namun bila hipoglikemia neonatus tadi berulang/menetap, dapat dipikirkan penyebab sebagai berikut:
v  Hormon Excess-hyperinsulinsm
1.      Exomphalos, macroglossia, gigantism syndrome of BeckwithWiedemann
2.      "Infant giants"
3.       Kelainan patologik sel beta :
o   Adenoma
o   Nesidioblastosis
o   Hiperplasia
v  Defisiensi hormonal Aplasia atau hipoplasia kelenjar hipofise dengan defisiensi hormon multipel
v  Defek metabolisme karbohidrat heriditer
1.      Glycogen storage disease, Type I
2.      Intolerans fruktose
3.      Galaktosemia
4.      Defisiensi sintetase glikogen
5.      Defisiensi fruktose 1 - 6 difosfatase
v  Defek metabolisms asam amino herediter
1.      Maple syrup urine disease
2.      Asidemia metilmalonik
3.      Asidemia propionik
4.      Tirosinosis
Hipoglikemia neonatus dapat disebabkan oleh penyakit/kelainan penyerta, seperti:
1. Patologik susunan saraf pusat (defek bawaan, infeksi intra uterin
2. atau perinatal, perdarahan atau kernikterus)
3. Sepsis
4. Hydrops fetalis
5. Kelainan jantung bawaan
6. Asfiksia
7. Anoksia
8. Perdarahan kelenjar adrenalin
9. Hipotiroidismc
10. Kelainan bawaan multipel
11. Tetanus neonatorum
12. Cold injury
13. Pasca transfusi tukar
14. Obat-obat yang diberikan kepada ibu
15. Penghentian tiba-tiba pemberian glukose hipertonik parenteral.
Ø  Faktor Predisposisi
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami hipoglikemi adalah:
1.      Bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
Bayi lahir dari ibu dengan Diabetes Melitus, berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada 3 hari pertama setelah lahir, walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik. Ibu dengan DM mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan DM, dan sering mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan. Bayi dengan ibu DM mengalami Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia, Macrosomia pada bayi yang dilahirkan, dan dapat berakibat kesulitan lahir. Tanda bayi hipoglikemia adalah Distres nafas, malas minum, jitteriness, mudah terangsang, sampai kejang. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.
2.      Neonatus yang besar untuk massa kehamilan
3.      Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori
4.      Bayi dengan kelainan genetik atau gangguan metabolik
5.      Janin yang mengalami pertumbuhan janin terhambat atau kecil masa kehamilan
6.      Prematur
7.      Neonatus yang mengalami penundaan pemberian asupan
8.      Nenonatus yang menderita asfiksia perinatal
9.      Neonatus dengan hipotermi dan atau stress dingin
10.  Sepsis
11.  Bayi dengan ibu yang ketergantungan narkotika
12.  Luka bakar
13.  Kanker pancreas
14.  Hiperfungsi kelenjar adrenal
15.  Penyakit hati

C.     MANIFESTASI KLINIS
Hipoglikemia dapat menunjukan gejala atau pun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor resiko. Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu :
1. Tremor
2. Sianosis
3. Apatis
4. Kejang
5. Apnea intermitten
6. Tangisan lemah/melengking
7. Letargi
8. Kesulitan minum
9. Gerakan mata berputar/nistagmus
10. Keringat dingin
11. Pucat
12. Hipotermi
13. Reflek hisap berkurang
14. Muntah
Selain itu Hipoglikemia pada BBLR cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan. Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan bayi dari ibu DM. Tidak ada perbedaan dalam hal jenis kelamin. Juga termasuk dalam golongan ini ialah bayi dari ibu DM insulin dependen (IDM) dan ibu menderita DM kehamilan (IGDM). Meskipun sebanyak 50% dari IDM dan 25% IGDM mempunyai kadar glukose < 30 mg/dl selama 2-6 jam kehidupan, kebanyakan tidak memperlihatkan akibat-akibat dari hipoglikemianya. Umumnya sembuh spontan, tetapi sebagian kecil (10-20%) kadar gula tetap rendah. Beberapa di antaranya menunjukkan respons yang balk terhadap suntikan glukagon 300 mikro gram atau 0,3 mg/kgBB im, tidak lebih 1 mg totalnya.Hipoglikemia neonatus gejalanya tidak khas, misalnya : apati, anoreksia, hipotoni, apnu, sianosis, pernapasan tidak teratur, kesadaran menurun, tremor, kejang tonik/klonik, menangis tidak normal dan cengeng. Kebanyakan gejala pertama timbul sesudah 24-28 jam kehidupan

D.    PENANGANAN
o   Monitor Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama : Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan. Kadar glukosa ≤  45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
o   Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai
o   Hipoglikemia harus diperlakukan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi kerusakan neurologis. Awal makan bayi yang baru lahir dengan ASI atau susu formula dianjurkan. Bagi mereka yang tidak mampu untuk minum, selang nasogastrik dapat digunakan. Andalan terapi untuk anak-anak yang waspada dengan perlindungan jalan nafas utuh termasuk jus jeruk pada 20 mL / kg.
o   Bagi mereka yang tidak bisa melindungi jalan napas mereka atau tidak dapat minum, rute nasogastrik, intramuskular, intraosseous, atau IV dapat digunakan untuk obat berikut digunakan untuk meningkatkan kadar glukosa: dekstrosa, glukagon, diazoxide, dan octreotide. Laporan kasus telah menunjukkan bahwa nifedipin dapat membantu untuk mempertahankan normoglikemia pada anak dengan PHHI.
o   Kortisol tidak boleh digunakan, karena memiliki manfaat akut minimal dan dapat menunda diagnosis penyebab hipoglikemia. Kortisol merangsang glukoneogenesis dan menyebabkan penurunan penggunaan glukosa, yang mengarah ke peningkatan glukosa darah secara keseluruhan dan dapat menutupi penyebab sebenarnya dari hipoglikemia.
Selain itu ada beberapa pengobatan yaitu :
a)            Hipoglikemia asimptomatik

Jika pemeriksaan uji dextrostix menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorik. Bila hasil pemeriksaan laboratorik juga menunjukkan kadar gula rendah (hipoglikemia), diberikan infus gltikose 6-8mg/kg BB/menit sampai kadar glucose darah menjadi normal.

b)            Hipoglikemia simptomatik

Bila klinik dan uji dextrostix menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral bukan merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa diberikan selama terpasang infus glukose. Jika pemeriksaan laboratorik menunjukkan hipoglikemia dan gejala hilang sesudah pemberian glukose IV, ini membuktikan adanya hipoglikemia simptomatik. Pengobatan dilanjutkan dengan glukose parenteral 8 ­ 10 mg/kg BB/ menit. Makanan rikan NaCl (2-3 meq)/kgBB/hari sesudah 12 jam untuk mencegah hiponatremia. Dua puluh empat jam kemudian diberikan KC1 1-2 meq/kgBB/hari. Kadar gula darah dipantau setiap 4-6 jam sampai kadar gula darah tetap normal. Selanjutnya glucose hipertonik ini secara perlahan-lahan dikurangi kecepatan tetesannya (10­8­6­4 mg/kgBB/menit) dengan larutan glukose 5% untuk mencegah reaksi hipoglikemia. Pengobatan glukose parenteral ini biasa diperlukan 48­72 jam. Penderita semacam ini berjumlah 15% kasus dan disebut hipoglikemia simptomatik transient.
c )        Hipoglikemia neonatus menetap/berulang
Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala kliniknya menetap/berulang meskipun sudah diberikan glukose IV 12-16 mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil darah 5-10 cc sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih dari .1 mg).
Anti-hipoglikemik : Obat ini meningkatkan kadar glukosa darah
o   Dekstrosa Dextrose adalah pengobatan pilihan. Hal ini diserap dari usus, mengakibatkan peningkatan pesat dalam kadar glukosa darah bila diberikan secara oral. Berikan IV dekstrosa untuk bayi dari ibu diabetes dengan hiperinsulinemia neonatal sementara selama beberapa hari sampai hiperinsulinemia mereda. Hindari hiperglikemia membangkitkan pelepasan insulin cepat, yang bisa menyebabkan hipoglikemia rebound. Bayi SGA dan mereka dengan toksemia ibu atau asfiksia perinatal memerlukan tingkat dextrose infus IV lebih dari 20 mg / kg / menit untuk mengontrol tingkat. Pengobatan mungkin diperlukan untuk 2-4 minggu.
o   Diazoxide (Proglycem) Diazoxide meningkatkan glukosa darah dengan menghambat pelepasan insulin pankreas dan mungkin melalui efek extrapancreatic. Efek hiperglikemia dimulai dalam waktu satu jam dan biasanya berlangsung maksimal 8 jam dengan fungsi ginjal normal. Diazoxide dilaporkan efektif pada bayi SGA dan pada mereka dengan toksemia ibu atau asfiksia perinatal.
o   Octreotide (Sandostatin)Octreotide adalah analog long-acting dari somatostatin yang menekan sekresi insulin untuk pengelolaan jangka pendek hipoglikemia.
o   Glukagon (Glukagon Darurat Kit, GlucaGen) Glukagon dapat digunakan untuk mengobati hipoglikemia sekunder untuk hiperinsulinemia dan dapat diberikan kepada pasien tanpa akses IV awal. ML masing-masing berisi 1 mg (yaitu, 1 U). Konsentrasi glukosa maksimal terjadi antara 5-20 menit setelah pemberian IV dan sekitar 30 menit setelah intramuskular (IM) administrasi.
o   Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
ü  Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
ü  Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.
o   Atau cara lain dengan GIR
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.
·     Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.
Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate
GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)
6 x berat (Kg)
Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari
Kebutuhan 80 cc/jam/hari  = 80 x 3 = 240 cc/hari  = 10 cc/jam
GIR = 10 x 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min
6 x 3                             18
·     Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
·     Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas
o   Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
-       Infus D10 diteruskan
-       Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
-       ASI diberikan bila bayi dapat minum
o   Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
ü  Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal (lihat ad d)
ü  ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan
ü   Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
o   Kadar  glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :
·      ASI teruskan
·      Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
·      Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
o   Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi
o   Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
o   Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal
o   Kadar glukosa normal IV teruskan
·     IV teruskan
·     Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
o   Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
o   Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
·   konsultasi endokrin
·   terapi : kortikosteroid  hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
·   bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)
Makan makanan hidrat arang yang sering telang digunakan dengan hasil bervariasi. Sekarang telang digunakan pengobatan dengan pemberian makanan melalui naso gastric drips. Kurang lebih 1/3 dari energi total sehari diberikan dalam bentuk glukose dengan kecepatan 46 mg/kgBB/menit selama malam hari dengan menggunakan pompa otomatis. Makanan pagi harinya harus diberikan sebelum sonde dicabut. Pengobatan ini akan memperbaiki asidosis kronis, zat-zat kimia darah menjadi normal, perdarahan hidung berhenti, mengecilnya hepatomegali dan diikuti dengan percepatan pertumbuhan.

E.     PROGNOSIS
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat
a)      Hipoglikemia neonatus
Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan:
1.      Hipoglikemia transisional
Prognosisnya baik dan tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia perinatal. Tidak ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas bayi. Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20 mg/100 ml.
2.      Hipoglikemia sekunder
Mortalitas neonatus pada kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya. Bayi yang menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya, tetapi lebih banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya.
3.      Hipoglikemia transien
Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi tersebut seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK sendiri, demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan ganggguan mental, perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada hubungannya dengan hipoglikemia.
Pada penelitian prospektif dengan menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang diamati sampai umur 7 tahun ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi tidak ada cacat nerologik yang berat.
4.      Hipoglikemia berat (berulang)
      Keompok ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai masalah tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya.
o   Defisiensi hormon multipel (hipopituitarisme bawaan)
      Sering kali disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari pertama, nampaknya akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang dilaporkan 2/3 meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5 antara umur 2 bulan sampai 17 tahun). Beberapa di antaranya yang hidup menunjukkan gejala retardasi.
      Prognosis terhadap perkembangannya tergantung dari adanya defisiensi hormon-hormon lainnya dan berhasilnya pengobatan substitusi.
o   Kelebihan hormon (hiperinsulinisme)
      Pada sindroma Beckwith Wiedemann, retardasi mental kemungkinan disebabkan oleh H yang tidak diobati, meskipun dengan pengobatan adekuat prognosis masih meragukan, sebab adanya anomali multipel yang menyertainya.
o   Infant giants (Foetopathia Diabetica) :
      Biasanya memperlihatkan hipoglikemia berat dan tidak ada respon terhadap pengobatan medikamentosadan memerlukan pankreatektomi total. Mereka yang hidupo biasanya memperlihatkan retardasi perkembangan yang sedang atau berat.
o   Adenma sel beta :
      Pada penderita yang diamati, bayi-bayi yang hidup menunjukkan perawakan yang relatif pendek tetapi ada yang menderita diabetes dan beberapa diantaranya memperlihatkan gangguan neurologik sedang atau berat, gangguan mental dan sering kali dengan kejang-kejang. Maka, penting diagnosis dini dan tindakan bedah yang segera.
o   Gangguan metabolisme hidrat arang:
prognosis tergantung darimana masing-masing penyebabnya, misalnya hipoglikemia bisa fatal pada hari pertama, untuk glycogen strorage disease.
o   Gangguan metabolisme asam amino yang disertai hipoglikemia,
misalnya: Maple syrup urine disease, asidemiametilmalok. Masing-masing mempunyai pragnosis yang meragukan.
                  b.)  Bayi
Hipogikemia tergantung dari etiologinya, cenderung kurang berat pada bayi yang lebih tua dan anak. Tetapi dapat berakibat gangguan kepribadian kelainan pelaku dan kelainan nerologik. Nampaknya terdapat kepekaan umur khusus pada Hipogikemia ketosis yang dimulai pada umur 9 ­ 12 bulan dan mencapai puncaknya pada umur 18 ­ 30 bulan, kemudian sembuh sendiri pada umur 4-7 tahun atau 9-10 tahun.
Adenoma sel beta frekuensi meningkat sesudah masa neonatus yaitu pada umur 5-15 tahun. Prognosisnya dapat digambarkan sebagai berikut: anak-anak yang diobati secara bedah 1 meninggal karena tindakan operasi, 1 menderita DM yang memerlukan insulin, 1 hanya memerlukan insulin selama 28 hari dan 8 mempunyai sekuele nerologik maupun kepribadian dan tingkah laku. Empat belas anak (56%) sembuh sempurna.

BAB  III
PENUTUP

3. 1   Kesimpulan
     Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah.
Frekuensi hipoglikemia pada bayi/anak belum diketahui pasti. Di Amerika dilaporkan sekitar 14000 bayi menderita hipoglikemia. Gutberlet dan Cornblath melaporkan frekuensi hipoglikemia 4,4 per 1000 kelahiran hidup dan 15,5 per 1000 BBI:R. Hanya 200-240 penderita hipoglikemia persisten maupun intermitten setiap tahunnya yang masuk rumah sakit.
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.
Hipoglikemia simtomatik pada neonatus cenderung terjadi selama 6-12 jam kehidupan. Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress perinatal, terlambat pemberian minum dan bayi dari ibu DM.
Pada bayi/anak, gejala-gejala hipoglikemia dapat berupa: sakit kepala, nausea, cemas, lapar, gerakan motorik tidak terkoordinasi, pucat, penglihatan b'erkunang-kunang, ketidakpedulian, cengeng, ataksia, strabismus, kejang,malas/lemah, tidak ada perhatian dan gangguan tingkah laku.
Hipoglikemia bisa disertai atau tidak dengan banyak keringat dan takhikardi.
Hipoglikemia asimptomatik yang terjadi pada neonatus, jika pemeriksaan uji dextrostix menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorik.
Hipoglikemia simptomatik yang terjadi pada neonatus, bila klinik dan uji dextrostix menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral bukan merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa diberikan selama terpasang infus glukose. 
Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala kliniknya menetap/berulang meskipun sudah diberikan glukose IV 12-16 mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil darah 5-10 cc sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih dari .1 mg).
Makan makanan hidrat arang yang sering telang digunakan dengan hasil bervariasi. Sekarang telang digunakan pengobatan dengan pemberian makanan melalui naso gastric drips.
Hipoglikemi Akietosis :Pengobatan dasar dan penyakit ini terdiri atas tindakan sederhana menghindari puasa lebih dari 1 jam dan hindari penyebab-penyebab muntah.
Dalam keadaan serangan hipoglikemia diberikan segera 1-2 ml glukose 50%/kgBB IV, dilanjtkan dengan infuse glukose 10%. Diet tinggi protein tinggi hidrat arang dengan pemberian 4-5 kali/hari.
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada setiap golongan umur.
Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat.

3. 2   Saran
               Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang pengertian, , etiologi, manifestasi klinik, penanganan dan pragnosis dari hipoglikemia terhadap bayi baru lahir.



DAFTAR PUSTAKA
  • De Rooy L, Howden J. Nutritional factors that affect the postnatal metabolic adaptation of full-term small and large for gestational age infants: Pediatrics Vol. 109 No. 3 March 2002, pp. e42
  • Cornblath M, Hawdon JM, Williams AF Aynsley-Green A, Ward-Platt MP, Schwartz R, Kalhan SC. Controversies regarding definition of neonatal hypoglycemia: suggested operational thresholds. Pediatrics 2000;105:1141-5
  • Hoseth E, Joergensen A, Ebbesen F, Moeller M. Blood glucose levels in a population of healthy, breastfed, term infants of appropriate size for gestational age. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2000;83:F117-9